Perjalanan memang erat dengan tantangan. Dalam hidup pun seringkali kita memilih melalui jalan berbatu dan berkerikil alih-alih jalanan mulus dan mudah untuk melihat seberapa besar kemampuan kita berjuang. Kali ini pun sama, perjalanan panjangku melewati jalanan yang asing dan tidak mulus. Tapi yang kutemui di sepanjang perjalanan, semuanya adalah pelajaran. Aku merasa menarik untuk menunjukkan gambaran jalan-jalan berbatu dan tak mulus itu, jalan menuju desa-desa yang jauh dari kota, desa-desa pinggiran hutan dengan komunitas masyarakat adatnya yang bernama Marga Serampas. Marga Serampas terbagi menjadi lima wilayah desa yaitu Desa Renah Alai, Desa Rantau Kermas, Desa Lubuk Mentilin, Desa Tanjung Kasri, dan Desa Renah Kemumu. Desa-desa yang sulit terdeteksi oleh Google Maps.
MENJELAJAHI TENGANAN PEGRINGSINGAN, DESA BALI TEMPO DULU
By Putu Riana Pertiwi - 01 Juli
Menjelajahi desa kecil Tenganan Pegringsingan yang memiliki sumberdaya besar ini memang selalu menghadirkan nuansa klasik di tengah modernisasi. Kain gringsing cantik yang dipakai Ibu-ibu ini merupakan kain tenun khas Tenganan yang memiliki filosofi sebagai penolak bala. Saat mengunjungi Tenganan Pegringsingan, pastikan kamu harus berjalan-jalan mengelilingi desa kecil ini sembari mempelajari budayanya ya. Tidak butuh waktu lama untuk mengelilingi seluruh wilayah permukimannya.
Pemandangan yang akan kamu lihat di pintu masuk (Pintu Selatan) Tenganan Pegringsingan dari arah kota. Wilayah Permukiman Desa Adat Tenganan Pegringsingan ini memiliki empat buah pintu yang menunjukkan batas wilayah permukimannya.
Sebelum berkeliling, kita akan dimanjakan dengan kehadiran galeri foto-foto Tenganan Pegringsingan. Foto-foto yang ditampilkan disini sangat memanjakan mata dengan menghasilkan tangkapan layar yang tampak seperti sejarah hidup.
Perumahan dan jalanan di dalam desa menghadirkan nuansa yang sangat tradisional khas bali tempo dulu. Tenganan Pegringsingan merupakan salah satu Desa Bali Aga yaitu Desa Bali Asli yang tidak terkena pengaruh Majapahit. Jalanan desa ini berbatu dan tersusun berundag. Perumahan pun tersusun dalam barisan yang rapi.
Tempat ini merupakan Balai dimana masyarakat berkumpul bersama ketika ada kegiatan desa, misalnya seperti sosialisasi, paruman, dan kegiatan lain.
Salah satu bangunan Pura di Desa Adat Tenganan Pegringsingan
Balai sebagai tempat penyimpanan hasil pertanian milik desa adat
Banyak tembok rumah warga yang dihiasi dengan hasil karya seni berupa topeng, lukisan dan pahatan-pahatan menarik lainnya sebagai daya tarik wisata
Kerajinan tangan berupa tas anyaman yang terbuat dari bahan atte. Banyak masyarakat yang melakukannya di rumah masing-masing untuk dijual langsung pada wisatawan hingga diekspor keluar negeri
Tulisan dan lukisan di atas daun lontar juga menjadi salah satu kerajinan khas Tenganan. Pembuatannya perlu keahlian dan usaha yang tidak mudah
Jika kita datang bertepatan dengan musim durian, maka sungguh pas sekali mencicipi durian Tenganan Pegringsingan langsung. Durian di Tenganan Pegringsingan yang jatuh dari pohonnya bisa diambil oleh siapapun masyarakat desa (walaupun bukan pemiliknya). Rasanya tidak usah ditanya lagi.
Pintu Utara pemukiman Tenganan Pegringsingan yang menuju ke areal perkebunan dan sawah.
Jika ingin merasakan pengalaman yang lebih menantang, kita bisa melakukan trekking menembus perkebunan dan hutan untuk sampai ke areal persawahan Tenganan Pegringsingan yang berada di lembah dan dikelilingi perbukitan. Sawah abadi, begitu kata masyarakat Tenganan Pegringsingan. Karena fungsi areal ini tidak pernah berubah. Hal ini diatur dalam aturan adat awig-awig yang ada di masyarakat.